Remaja Perokok Rentan Depresi dan Serangan Kecemasan

20 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Ilustrasi remaja merokok. Gambar oleh Ethan Parsa dari Pixabay
Iklan

Saat ini makin banyak remaja mengkonsumsi nikotin. Demi penerimaan sosial, mereka mengabaikan ancaman kesehatan fisik dan psikis di masa depan.

Wacana ini ditulis oleh Shely, Luthfiah Mawar M.K.M., Helsa Nasution, M.Pd., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Nadia Saphira, Amanda Aulia Putri, Naysila Prasetio, Winda Yulia Gitania Br Sembiring, dan Annisa Br Bangun dari IKM 5 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.

***

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam sebuah wawancara kualitatif bersama sejumlah remaja di kota metropolitan, banyak dari mereka mengakui merokok sebagai simbol kedewasaan dan penerimaan sosial di lingkungan teman sebaya. Fenomena ini, meski terlihat sepele bagi sebagian orang, sejatinya menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan generasi muda.

Merokok pada usia dini tidak sekadar kebiasaan buruk; paparan nikotin dan berbagai zat karsinogenik lain pada fase perkembangan kritis tubuh dapat menimbulkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang yang signifikan. Paru-paru dan otak, sebagai organ vital yang masih berkembang, sangat rentan terhadap kerusakan yang dapat menghambat fungsi fisiologis dan kognitif. Ketergantungan nikotin yang terbentuk sejak remaja sering kali menimbulkan tantangan seumur hidup dalam upaya berhenti merokok.

Karya ini menelaah bahaya merokok pada usia dini dari perspektif fisiologis, psikologis, dan sosial, sekaligus menyoroti perlunya intervensi komprehensif yang melibatkan keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat luas.

Secara global, merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyebab kematian dini yang dapat dicegah. Isu ini menjadi semakin kompleks ketika praktik merokok merambah populasi remaja, bahkan di bawah usia delapan belas tahun.

Masa remaja adalah periode pembentukan fondasi kesehatan fisik dan mental yang berkelanjutan. Paparan zat berbahaya seperti nikotin, tar, dan karbon monoksida selama fase ini dapat menimbulkan kerusakan yang sulit diperbaiki. Berbagai laporan organisasi kesehatan, termasuk WHO, secara konsisten menunjukkan tren peningkatan perokok pemula. Fakta ini menegaskan bahwa bahaya merokok di usia dini adalah krisis kesehatan publik yang membutuhkan perhatian segera dan aksi strategis.

Dari sisi fisiologis, kerusakan sistem pernapasan menjadi konsekuensi utama. Paru-paru remaja yang masih dalam tahap pertumbuhan dapat mengalami hambatan perkembangan akibat akumulasi tar dan zat kimia lain yang melapisi saluran udara. Hal itu dapat memicu peradangan kronis dan meningkatkan risiko penyakit pernapasan seperti bronkitis, asma, maupun pneumonia. Dalam jangka panjang, paparan ini dapat menjadi faktor pemicu kanker paru-paru di usia dewasa.

Selain itu, perkembangan otak remaja juga terpengaruh. Area otak yang mengatur pengambilan keputusan, pengendalian impuls, dan respons penghargaan masih dalam tahap maturasi. Nikotin sebagai zat psikoaktif yang sangat adiktif dapat mengganggu pembentukan jalur saraf, meningkatkan kerentanan terhadap ketergantungan seumur hidup, serta menurunkan kapasitas kognitif seperti konsentrasi dan daya ingat.

Sistem kardiovaskular pun tidak luput dari dampak. Merokok merusak lapisan pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah, mempercepat detak jantung, dan memicu aterosklerosis dini, yang pada akhirnya meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Karbon monoksida dalam asap rokok mengurangi kemampuan darah membawa oksigen, memaksa jantung bekerja lebih keras dan mempercepat kelelahan organ vital.

Dampak psikologis dan sosial juga tidak kalah signifikan. Nikotin menghasilkan sensasi kesenangan sementara yang memperkuat ketergantungan, sehingga remaja perokok lebih rentan mengalami depresi dan kecemasan. Alih-alih menjadi mekanisme penanggulangan stres, rokok justru menciptakan siklus kecemasan dan dorongan untuk merokok yang terus berulang.

Konsentrasi dan kemampuan akademik menurun, motivasi belajar melemah, dan tingkat kehadiran di sekolah cenderung rendah. Secara sosial, merokok pada usia dini dapat menimbulkan stigma negatif, memengaruhi interaksi sosial, serta membuka jalan bagi perilaku berisiko lain seperti konsumsi alkohol atau narkoba.

Faktor pemicu merokok pada remaja sangat beragam. Pengaruh teman sebaya dan tekanan sosial merupakan faktor dominan. Iklan dan pemasaran rokok, meskipun diatur ketat, tetap membentuk persepsi bahwa merokok adalah aktivitas normal dan menarik. Lingkungan keluarga juga memainkan peran penting, karena remaja dengan orang tua perokok memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk meniru kebiasaan tersebut. Kurangnya edukasi kesehatan yang efektif di sekolah dan rumah, serta kemudahan akses terhadap rokok, turut memperkuat kecenderungan ini.

Menghadapi bahaya merokok pada usia dini memerlukan pendekatan lintas sektor. Peran keluarga sangat krusial, terutama melalui komunikasi terbuka dan keteladanan orang tua. Sekolah harus menyelenggarakan program pendidikan kesehatan yang interaktif dan menyeluruh, bukan hanya ceramah sepintas. Pemerintah perlu menegakkan regulasi ketat terkait penjualan rokok kepada anak di bawah umur, melarang iklan rokok sepenuhnya, serta menggunakan kebijakan fiskal sebagai disinsentif. Media dan masyarakat dapat mendukung melalui kampanye kreatif yang menekankan dampak sosial, ekonomi, dan kesehatan dari merokok.

Kesimpulannya, merokok pada usia dini adalah ancaman serius yang memerlukan tindakan kolektif. Dampak fisiologis yang merusak, ketergantungan nikotin, gangguan psikologis, hingga konsekuensi sosial menegaskan urgensi intervensi yang terpadu. Dengan keterlibatan keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat, lingkungan yang mendukung remaja untuk membuat pilihan sehat dapat diwujudkan. Pencegahan merokok pada generasi muda bukan sekadar upaya kesehatan, tetapi investasi strategis untuk membangun sumber daya manusia yang produktif dan berkualitas, memastikan masa depan bangsa tetap sehat dan tangguh.

 

Corresponding Author: Shely

([email protected])

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler